Ayunda Mengejar Cinta (Part 1) - OSIS MTs SALAFIYAH SIMAN
Headlines News :
Home » » Ayunda Mengejar Cinta (Part 1)

Ayunda Mengejar Cinta (Part 1)

Written By Unknown on Selasa, 19 November 2013 | 00.49




Jam sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi, aku terbangun dari tidur pulasku, alarm yang ku pasang malam tadi sudah sangat sukses membuatku terbangun dari mimpi yang menurutku sangat indah untuk menjadi sebuah kenyataan.
Aku sekarang sudah beranjak berdiri di depan pintu kamar mandi yang tepat berada dalam kamar yang identik dengan warna merah, kamarku. Segera aku bergegas masuk kamar mandi dan sekitar 10 menit aku sudah selesai dengan tugasku di kamar mandi, dan seperti hari-hari sebelumnya, setelah selesai mandi aku segera memakai seragam sekolah dan memasangkan dasi yang di lingkarkan di sekitar kerah seragam sekolahku, rambut hitam sebahuku kini kurapihkan dengan sisir berwarna merah milikku. Tak lupa wajah bulat putihku pun, aku poles dengan sedikit bedak bermerek nellco yang beberapa minggu lalu aku beli di supermarket dekat rumahku. Ada aroma harum yang tercium saat aku memoles bedak pada wajahku, saking harumnya aku jadi ketagihan menghirup aroma bedaknya, dan di tambah lagi dengan minyak wangi yang baru saja aku sebarkan ke tubuhku, aromanya harum, bahkan sangat-sangat harum.
“Ayunda, kamu sudah siap-siap untuk pergi ke sekolah” teriakan mamahku dengan suara yang cukup keras dari depan pintu kamarku.
“sudah mah, Ayunda sudah siap-siap” jawabku tak kalah keras dengan suara mamah.
“Cepatlah keluar, kita sarapan dulu ya sayang, mamah tunggu di bawah”
“Baik mah”
Kulihat jam tangan merah yang berada di pergelangan tangan kiriku sudah menunjukkan pukul 05.40, segera aku menemui mamah, papah yang mungkin sudah menungguku di meja makan yang mungkin juga sudah terdapat banyak makanan untuk di santap pada pagi hari ini.
Langkah kakiku terdengar samar-samar dalam setiap sudut ruang makan keluarga. Aku segera menghampiri meja makan dan duduk di sebelah mamahku yang tersenyum menyambut kedatangan anak semata wayangnya dari dalam kamarnya, begitu pula dengan papah.
Benar saja dugaanku, meja makan yang berada tepat di depanku penuh dengan makanan, ada nasi goreng kesukaanku, roti, beberapa selai, buah buahan, susu hangat, air putih, itulah yang menjadi sarapan kami pada pagi hari ini. Aku lebih memilih nasi goreng kesukaanku untuk ku jadikan sarapan pada pagi hari ini, dan setelah selesai menyantap nasi goreng segera saja aku kuras habis susu hangat yang 5 menit lalu ku biarkan lebih dingin agar aku leluasa untuk meminumnya.
“kamu hari ini papah antar ke sekolah ya” ucap papahku yang sudah selesai menyantap sarapannya.
“Loh, memangnya pak Rakas kemana pah” mengerutkan kedua alis, bertanda bahwa aku sedang bingung.
“Pak Rakas sedang tidak kerja hari ini, katanya dia harus menjenguk anaknya yang sedang sakit di kampung, mungkin sekitar satu minggu dia tidak bekerja” jelas papahku dan kali ini aku mengerti.
“oh begitu, memang anak pak Rakas sakit apa pah” tanyaku pada papah.
“papah juga tidak tau” jawab papahku.
“begitu ya pah, ya sudah ayo pah kita berangkat, sekarang sudah pukul 06.15, Yunda takut kesiangan” ajakku pada papah, dan papah menganggukan kepalanya, bertanda bahwa dia setuju dengan ajakanku.
Aku segera berpamitan pada mamahku dan begitu pun dengan papahku, papah dan aku bergegas menuju keluar rumah dan menghampiri mobil berwarna silver milik papah, dan dengan cepat aku masuk dan memakaikan sabuk pengaman pada tubuhku, kulihat papah sudah berada di sampingku, papah segera menstater mobil dan langsung menggas mobil yang siap untuk melesat ke jalan yang di penuhi lalu lalang kendaraan, tapi tidak begitu penuh karena ini bukan Jakarta yang setiap hari selalu macet karena terlalu banyak orang berkendara yang ingin cepat sampai ke tempat tujuannya.
“Pah Ayunda pengen belajar bawa mobil sendiri” ucapku pada papah yang kelihatannya sedang fokus mengemudikan mobilnya.
“Iya, nanti papah izinkan jika kamu sudah kuliah” jawab papahku, menanggapi ucapanku.
“hahh ya sudahlah” gumamku saat mendengar jawaban dari papah. Ini bukan pertama kalinya aku meminta pada papah untuk membawa mobil sendiri saat pergi sekolah, mungkin sudah hampir sepuluh kali aku meminta pada papah, namun hasilnya nihil, papah tidak mengizinkan aku untuk membawa mobil saat berangkat sekolah, jangankan mobil motor pun tidak boleh, mungkin alasan satu-satunya yang papah punya adalah aku ini anak semata wayang papah, yang sangat dia sayangi, jadi itulah sebabnya aku tidak dapat izin dari papah.
Kini aku sudah berada di depan pintu gerbang sekolah yang bangunannya cukup megah menurutku dan juga menurut semua orang yang melihatnya. Aku segera berpamitan pada papahku dan keluar dari mobil, kulihat papah melambaikan tangan padaku setelah aku keluar dari mobil dan aku tentu saja membalas lambaian tangan pada papahku. Kini papah sudah melajukan mobilnya kembali ke tempat tujuannya, yaitu perusahaan papah yang letaknya lumayan jauh dari sekolahku.
Aku segera bergegas masuk ke dalam sekolah berpasilitas lengkap dan terfavorit di daerah bogor, ya sekolahku, SMA Nusa Mentari, sekolah yang aku banggakan dimana terdapat teman-teman yang selalu membuatku ceria, sahabat-sahabat yang aku sayangi dan juga menyayangiku, dan terutama orang yang sangat aku cintai dari pertama kali aku melihatnya yaitu sejak aku kelas satu sma. Dia orang yang cukup populer di sekolahku, badannya tinggi, kulitnya putih, alis yang tebal dan memiliki senyum termanis yang selalu menghiasi bibir merah tipis miliknya, namun sayang, sikapnya yang cuek adalah karakter yang sangat menonjol pada ddirinya. Wajahnya selalu terbayang dalam ingatanku, bukan hanya dalam ingatanku, tapi juga dalam mimpi yang kadang-kadang mampir dalam setiap malam. Dia teman satu kelasku, di kelas XI IPA 2 namanya Yuda Andriel Argatha biasanya di panggil Yuda.
Aku sekarang sudah berada di depan kelasku, kulihat kelas masih tidak terlalu banyak orang, hanya ada sebagian teman di kelasku yang baru datang.
“Zi, Naina dan Safira kemana, tasnya ada tapi orangnya tidak ada” tanyaku pada temanku Zia yang saat ini sedang sibuk membaca buku novel cinta yang dia pinjam di perpustakaan kemarin bersamaku.
“Mereka berdua lagi ke koprasi Ay” jawab Zia, seranya melirik padaku dan menutup novel cinta yang sedang dia baca.
“Oh begitu ya, memang ada yang harus mereka beli ya” tanyaku lagi sambil duduk di samping Zia.
“Tadi itu Naina sakit perut, makanya dia minta anter buat beli obat di koprasi Ay” Jawab Zia lagi.
“Kenapa tidak dibawa ke uks saja”
“Naina tidak mau, dia bilang sakitnya tidak terlalu parah, jadi tidak usah di bawa ke Uks” jelas Zia padaku” Nah tuh orangnya” lanjut Zia sambil menunjuk ke arah Naina dan Safira yang baru saja masuk ke dalam kelas.
“Ayunda sudah datang ya” ucap Safira padaku.
“Iya Ra, Naina tidak apa-apa” berdiri menghampiri Naina dan Safira.
“Tidak, aku sudah tidak apa-apa” jawab Naina sambil melempar senyum padaku.
“Sukurlah kalau kamu tidak apa-apa” membalas senyum Naina.
Aku, Naina, dan Safira adalah sahabat yang sangat akrab dan tidak mudah untuk dipisahkan. Kami berkenalan saat pertama kali masuk sekolah ini yaitu saat masa orientasi siswa atau biasa di sebut mos, waktu itu Aku, Naina dan juga safira sedang dihukum oleh osis, karena kesalahan kami masing-masing. Aku yang datang tidak tepat waktu, Naina yang lupa membawa topi, dan safira yang lupa membawa dasi ke sekolah. Saat itu kami di hukum bersamaan, hukuman yang kami terima adalah membersihkan wc perempuan dan harus selesai tepat pada waktunya. kami pun saling berkenalan, dan tak terasa kami menjadi sangat akrab, seperti orang yang sudah lama mengenal satu sama lain. Aku sangat senang bisa mengenal Naina dan Safira, mereka adalah sahabat yang selalu ada untukku, selalu menyemangatiku dan menyayangiku dengan sepenuh hati mereka, begitu pula denganku.
“Ayunda dia datang” bisik sahabatku Naina, yang sekarang sudah duduk di sebelahku dan tepatnya di bangku kami berdua.
“Siapa sih Nai” tanyaku pada Naina tanpa melihat ke arah Naina dan aku hanya sibuk dengan buku bahasa Jepang yang sedang ku pelajari saat ini.
“Yuda… tuh” jawab Naina sambil menunjuk sesosok laki-laki yang tak lain adalah Yuda, laki-laki yang sudah lama aku cintai. Langsung saja aku menutup buku bahasa Jepang yang sedangku palajari dan melihat ke arah Yuda yang sedang berjalan menuju bangkunya. Dan setelah itu aku langsung berbalik ke arah Naina yang sedang menunjuk Yuda dengan jari telunjuknya.
“jangan di tunjuk, nanti dia liat” gumamku pada Naina, dan Naina langsung menurunkan tangannya “kenapa kamu ngeliatinya seperti itu” lanjut aku, bertanya pada Naina, karena Naina yang sedang memandangiku saat ini.
“Muka kamu memerah Ay” Jawab Naina sambil sedikit menahan tawanya.
“haha iya” Lanjut Safira sambil tertawa memandangiku, lebih tepatnya lagi memandangi mukaku yang mulai memerah.
“Kalian ini, hentikan” Ucapku agak sedikit berbisik agar tidak di dengar oleh Yuda yang sekarang sudah berada di bangkunya yang bersebelahan dengan bangku milik Safira, di depanku.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Abde Template | Prem Ganteng
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2013. OSIS MTs SALAFIYAH SIMAN - All Rights Reserved
Design by ( Prem Ganteng ) Creating Website Modified by Cak Waheb